Medan (UIN SU)
Tugas saya setelah diangkat menjadi Rektor UIN SU pada tahun 2016 adalah menterjemahkan visi dan misi UIN SU, Islamic Learning Society (Masyarakat Pembelajar Berdasarkan Nilai-nilai Islam) kepada program yang lebih konkrit dan aplikatif. Program itu telah saya himpun ke dalam satu kalimat pendek, Tiga Harga Mati, Akreditasi, Digitalisasi dan Internasionalisasi. Saat ini Tiga Harga Mati telah pula dikembangkan menjadi lima Harga Mati dengan penambahan dua program unggulan, Filantropi dan Pengembangan Bisnis.
Patut disyukuri, lebih kurang dalam tiga tahun (2016-2019), upaya konkritisasi tiga harga mati telah berjalan dengan sangat baik. Dari sisi akademik misalnya, lebih kurang satu tahun 2016-2017, UIN SU Medan berhasil meningkatkan akreditasi institusinya dari peringkat C menjadi B. Ini adalah prestasi tercepat yang didapat UIN SU. Beberapa prodi berhasil meraih akreditasi A dan terakhir adalah Akreditasi unggul (A) yang dicapai Prodi PGMI-FITK UIN SU Medan. Perpustakaan UIN SU juga berhasil meraih akreditasi A pada tahun 2019. Ini dicapai karena perubahan dan peningkatan kualitas layanan, kelengkapan koleksi dan respon terhadap digitalisasi. Tidak kalah menariknya adalah, UIN SU telah berhasil memperoleh 3 Rekor MURI yang semuanya bermuara pada peningkatan integritas, karakter dan spiritual mahasiswa. Rekor MURI pertama (29 Agustus 2018), berkenaan khatam Al-Qur’an, Muri ke dua (2 September 2019) berkaitan dengan wakaf uang mahasiswa dan Muri ketiga (25 November 2020) mengenai Sejuta shalawat buat Rasulullah SAW.
Kemudian dari sisi SDM, khususnya Dosen dan tenaga pengajar, UIN SU juga mengalami perkembangan yang cukup signifikan baik dari sisi kuantitas maupun dari sisi kualitas akademik. Jumlah guru besar UIN SU juga meningkat dan sudah mencapai 32 orang dan diperkirakan menempati posisi 6 besar nasional setelah UIN Jakarta, UIN Makasar, UIN Sunan Kalijaga dan UIN Surabaya. Saat ini terdapat lebih kurang 5 orang lektor kepala yang juga sedang menunggu SK pengangkatannya sebagai guru besar. Karya-karya akademik dalam bentuk buku-buku ajar, buku referensi juga terus meningkat jumlahnya, baik dalam bentuk program penerbitan UIN SU Medan ataupun karya-karya yang diterbitkan secara mandiri oleh dosen. Beberapa artikel ilmiah dosen UIN SU juga telah terbit di jurnal bereputasi internasional (terindeks scopus) ataupun yang terakreditasi nasional Sinta 2 dan 3. Kemudian, hampir tiga tahun belakangan ini, terjadi peningkatan yang signifikan peminat atau calon mahasiswa yang memilih studi lanjutannya ke UIN SU. Karena itulah, dipenghujung tahun 2019, UIN SU berhasil meraih peringkat 4, sebagai universitas terpavorit di lingkungan PTKIN.
Dalam bidang non akademik, capaian UIN SU adalah peningkatan sarana dan prasarana belajar. Sebagaimana diketahui bersama, paling tidak ada 9 sarana fasilitas belajar yang telah berhasil ditancapkan UIN SU untuk menopang cita-citanya menjadi Universitas Kelas Dunia (WCU). Di antaranya adalah gedung IsDB yang ada di Tuntungan, terdiri dari empat gedung megah dengan standar internasional. Gedung-gedung itu tidak saja untuk ruang belajar, tetapi juga untuk perpustakaan yang handal, laboratorium sains dan Kesehatan Masyarakat dengan standard internasional dan ruang-ruang pertemuan ilmiah. Gedung kuliah bersama yang ada di Kampus Pancing yang berasal dari dana SBSN juga hampir selesai dan dapat digunakan pada semester ganjil tahun ini.
Dalam konteks digitalisasi, yang saya tekankan adalah nilai dari digitalisasi. Artinya, digitalisasi meniscayakan kecepatan, keakuratan, transparansi dan terpertanggungjawabkan. Lewat digitalisasi pelayanan adminsitrasi akademik dan non akademik di UIN SU akan lebih cepat dan penuh kepastian. Manfaat lain dari digitalisasi adalah tersimpannya data secara rapi dan mudah diakses. Pada gilirannya, model pengambilan keputusan dilakukan berbasis data sehingga lebih akurat dan akan terukur.
Berkenaan dengan Filantropi, Kesadaran dosen dan tenaga kependidikan untuk menunaikan zakat, wakaf dan infaq layak untuk dikedepankan. Dalam tempo lebih kurang 3 tahun, UIN SU telah berhasil mengumpulkan dana zakat sebesar Rp. 3.621.211.470 rupiah dan telah dibagi kepada mahasiswa yang membutuhkan sebanyak 2.275 mahasiswa. Sehingga di UIN SU dikenal istilah, tidak boleh ada mahasiswa yang berhenti kuliah hanya karena tidak ada biaya kuliah. Sedangkan Pengembang Bisnis, UIN SU akan mengembangkan unit-unit bisnis baru dan memaksimalkan pemanfaatan aset kampus agar dapat menghasilkan keuntungan finansial yang signifikan. Tujuannya tentu, keuangan UIN SU Medan akan terdukung.
Sedangkan internasionalisasi dimaknai sebagai kolaborasi ilmiah dengan ahli luar negeri baik dalam pendidikan dan pengajaran ataupun dalam bentuk penelitian. Bahkan dalam pengabdian masyarakat. Di dalam akreditasi yang baru atau dikenal 9 kreteria, ada keharusan dosen-dosen PTKIN untuk menjadi pengajar di PT luar negeri, dan dosen-dosen mereka juga mengajar di PT kita dalam jangka waktu tertentu. Tersirat di dalamnya peningkatan kompetensi dosen sehingga setara dengan dosen luar negeri. Ini adalah cara internasionalisasi yang paling cepat kendati tidak mudah. Atmosfir keilmuan internasional akan terbangun dan perlahan namun pasti akan terbentuk budaya akademik standar internasional. Tegasnya terjadi transformasi budaya akademik internasional ke PT di Indonesia. Saat ini kolaborasi dengan Perguruan Tinggi top dunia, sesuatu yang tidak bisa ditawar lagi. Hanya dengan kolaborasi, universitas di Indonesia dapat melakukan akselerasi peningkatan statusnya menuju universitas kelasa dunia (WCU).
Ketika kita ingin menjadikan UIN SU sebagai universitas kelas dunia pada tahun 2045, maka startnya harus dimulai dari sekarang. Tidak besok, minggu depan, bulan depan apa lagi tahun depan. Masa 25 tahun dari sekarang adalah waktu krusial bagi UIN SU untuk mempersiapkan dirinya menuju WCU. Keinginan UIN SU menjadi WCU bukanlah muluk-muluk, karena kerja-kerja untuk mencapai derjat tertinggi kampus dunia dan masuk 500 Top dunia sudah dimulai dari sekarang. Di samping beberapa gedung yang sudah selesai, UIN SU juga telah menyelesaikan program 100 Ha di Kuala Namu. Di lahan yang luas itu nantinya bukan saja hanya dibangun fakultas Kedokteran (Pendidikan dan Profesi), Fakultas Farmasi dan Keperawatan, tetapi juga dibangun pusat-pusat bisnis digital. Tentu saja disamping kesiapan fisik, peningkatan kualitas SDM Dosen dan Tendik serta mahasiswa menjadi penting sekali. Oleh karena itu, program Ma’had Jami’ah yang telah dicanangkan, dapat menjawab sebagian kelemahan UIN yang selama ini kita rasakan. Semoga. Wa Allahu a’lam.(Humas)