Medan, (UIN SUMUT)
Almarhum H Marah Halim Harahap yang pernah menjabat Gubernur Sumatera Utara pada 1967-1978 merupakan salah satu pendiri Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara (IAIN-SU) yang kini menjadi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN SUMUT) juga merupakan tokoh penting yang memiliki jasa besar dalam pengembangan Islam khususnya di Sumut.
Demikian disampaikan Rektor UIN SUMUT Prof Dr H Syahrin Harahap, MA saat gelaran ziarah rombongan dalam rangka peringatan Dies Natalis UIN SUMUT ke-47 di Taman Makam Pahlawan (TMP) Sisingamangaraja Kota Medan, Rabu (18/11). “IAIN SU yang kini menjadi UIN SUMUT berdiri pada 19 November 1973, saat itu, para tokoh dan ulama Sumut merasa perlu mengusulkan kepada pemerintah agar di daerah didirikan perguruan tinggi Islam negeri. Gubernur saat itu menerima aspirasi tokoh dan ulama untuk membentuk IAIN,” urainya.
Usul tersebut, sambungnya, disampaikan kepada Gubernur Sumut Marah Halim Harahap kala itu yang merestui dan menyetujui, lalu diteruskan ke pemerintah pusat hingga akhirnya berdiri kampus Islam Negeri pertama di Sumut . Agenda besar dan krusial itu berangkat dari pentingnya mendirikan perguruan tinggi Islam sebagai wadah pencerdasan kehidupan bangsa. Saat itu pula, beberapa perguruan tinggi serupa sudah berdiri di Indonesia dan IAIN-SU termasuk yang termuda di masa itu.
Tokoh dan ulama yang turut mengusulkan pendirian IAIN SU, lanjut Prof Syahrin, termasuk H Ismail Sulaiman Lubis yang saat itu menjabat Kepala Biro Kesra Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut, kemudian diangkat sebagai Rektor pertama di kampus Islam tersebut. “Memperingati HUT atau Dies Natalis ke-47 UIN SUMUT, sangat layak kalau kita memberikan penghargaan secara spritual dan semangat bagi kita serta mensyukuri apa yang dipelopori para tokoh pendahulu, kita berziarah ke makam pendiri UIN SUMUT,” jelasnya.
Prof Syahrin menjelaskan, sosok Marah Halim merupakan peran penting dalam pembangunan Sumut khususnya dalam pengembangan Islam dengan gerakan mendirikan perguruan tinggi Islam tersebut. Ia menilai, Marah Halim memiliki komitmen dalam pengembangan keislaman dan figur yang dekat dengan rakyat. Selain menjalankan saran senat universitas, ziarah ini untuk meningkatkan kesadaran terhadap perjuangan para pahlawan atas berbagai pencapaian yang bisa dirasakan hingga saat ini. “Almarhum Marah Halim mempunyai jasa yang sangat besar dalam pengembangan Islam. Maka kita yang berkiprah di UIN SUMUT memberikan doa untuk keselamatannya,” tukasnya.
Melalui peringatan dies natalis ini, Prof Syahrin mengharapkan UIN SUMUT terus mencapai kemajuan dengan semangat kebersamaan dan kerja keras. Kemajuan dicapai, jelasnya, tidak hanya dengan hal fisik seperti pembangunan sarana dan fasilitas serta pendanaan, namun lebih penting untuk menguatkan spirit jiwa dan tekad mengembangkan PTKIN. “Spirit dan tekad itu yang perlu kita gali dari para pejuang yang berupaya semaksimal mungkin mendedikasikan diri dan kemampuan untuk mendirikan dan memajukan UIN SUMUT,” urainya.
Ziarah makam pahlawan berjalan khidmat dimulai dengan penghormatan kepada arwah para pahlawan di tugu utama, dilanjutkan dengan tabur bunga di pusara Marah Halim dan doa bersama. Seorang purnawirawan TNI dengan pangkat terakhir mayor jenderal itu adalah putra daerah kelahiran Tapanuli Selatan pada 28 Februari 1921 dan wafat pada usia 94 tahun tepatnya pada 3 Desember 2015 di Kota Medan.
Selepas menjadi gubernur dan selain berkontribusi dalam pengembangan Islam, ia aktif dalam bidang olahraga nasional di tanah air. Namanya diabadikan menjadi salah satu piala bergilir dalam turnamen sepak bola yakni Piala Marah Halim. Hadir dalam ziarah para dekan, segenap civitas kampus dan para kepala lembaga di lingkungan UIN SUMUT. Rangkaian peringatan dies natalis ini dilanjutkan dan berpuncak pada acara salawat munjiat di aula utama UIN SUMUT Jalan Williem Iskandar Medan, Rabu (18/20) sore. (humas)