Medan, (UIN Sumut)
Rektor Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN Sumut) Prof Dr Syahrin Harahap, MA memimpin ziarah ke makam Marahalim Harahap, mantan Gubernur Sumatera Utara dan rektor pertama Ismail Sulaiman Lubis sebagai para tokoh yang berjasa atas berdirinya kampus Islam negeri tersebut yang kala itu masih bernama IAIN Sumatera Utara. Ziarah digelar dalam rangkaian peringatan Dies Natalis ke-48 UIN Sumut pada 19 Novembelr 2021.
Rektor dan rombongan memulai ziarah ke makam Marah Halim di Taman Makam Pahlawan (TMP) Sisingamangaraja Kota Medan dilanjutkan ke makam Ismail Sulaiman di pekuburan Masjid Jami’ Silalas di Jalan Sei Deli Kota Medan, Kamis (18/11). Ziarah diikuti Ketua Senat UIN Sumut Prof Saiful Akhyar, Kepala Biro AAKK Dr Dur Brutu, Wakil Rektor AUPK Dr Hasnah Nasution, MA, Wakil Rektor Bidang Akademik Prof Hasan Asari, Dekan FDK Prof Dr Lahmuddin, MEd, Dekan FEBI Dr Muhammad Yafiz, Dekan FKM Prof Dr Syafaruddin, Dekan FUSI Prof Dr Amroeni Drajat, Dekan FASIH Dr Ardiansyah dan para dekan lainnya, para wakil dekan serta para kepala- kepala unit dan lembaga di lingkungan kampus.
Ziarah diawali dengan penghormatan kepada arwah para pahlawan dan tabur bunga di makam tokoh tersebut. “Selain dari sidang senat terbuka yang kita laksanakan pada Jumat (19/11), kita berziarah ke makam para pendiri atau the founding fathers yang merancang berdirinya UIN Sumut, dimaksudkan untuk dapat melanjutkan perjuangan mereka,” ujar Prof Syahrin.
Dengan peringatan Dies Natalis ke-48 tersebut, lanjutnya, UIN Sumut bertekad untuk mengukuhkan misi utamanya saat ini untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang integratif. Yakni penerapan ilmu yang menggabungkan semua aspek ilmu pengetahuan, sehingga semua alumni dan dosen bisa bermanfaat dan kontributif bagi percepatan pembangunan Indonesia dan Sumatera Utara serta percepatan pembangunan peradaban.
Marahalim dan Ismail Sulaiman, jelas Prof Syahrin, didoakan agar semua jasa-jasa dan perjuangannya menjadi amal ibadah untuk menghadap Allah SWT dan semoga ditempatkan di tempat yang mulia. “Kita akan memberikan internalisasi pendidikan kepada generasi akan datang bahwa jasa dan dedikasi para tokoh dan pendahulu kita itu hargai dan itu cara untuk melanjutkan perjuangan-perjuangan mereka,” urainya.
Prof Syahrin juga menceritakan sekilas berdirinya UIN Sumut melalui tangan dingin Marahalim yang saat itu menjabat gubernur pada 1973. Sebagai seorang prajurit dengan pangkat mayjen, meski tidak punya pengetahuan agama yang kuat namun ia punya komitmen yang besar terhadap agama. Salah satunya menampung dan meneruskan usul ulama Sumut kala itu untuk pendirian kampus Islam, IAIN-SU.
Marahalim lalu menyetujui usulan pendirian kampus tersebut dan memerintah kepada Walikota Medan saat itu untuk mempersiapkan hal-hal teknis. Lalu memerintahkan Ismail Sulaiman yang saat itu menjabat Asisten III Kesra Pemprov Sumut sebagai rektor pertama. Sebagai bentuk dedikasi, nama para tokoh tersebut saat ini dijadikan nama-nama gedung di lingkungan kampus yang akan ditata lebih baik ke depan.
Menyampaikan makna hadis, ia menjelaskan, siapa yang memberi kesempatan untuk orang lain menuntut ilmu, maka akan dilapangkan jalannya ke dalam surga Allah. Oleh karena itu, inisiatif dan power para tokoh serta panutan umat umat Islam tersebut dalam pendirian kampus, didoakan dan diharapkan menjadi tiket untuk masuk ke dalam surga Allah yang didahului dengan nikmat alam barzah.
“Dua orang ini bagaikan lautan hikmah dan mereka aset Sumut serta sebagai SDM yang luar biasa. Tangan dinginnya mampu melahirkan UIN Sumut. Untuk itu kita berharap supaya kita menjadikan tradisi, menyematkan doa-doa untuk mereka yang telah mendedikasikan harta dan nyawa untuk Indonesia dalam kegiatan kampus,” ujarnya.
Shalawat Munjiyat
Usai berziarah ke dua makam tokoh pendiri UIN Sumut tersebut, rektor dan rombongan kembali ke kampus I di Jalan Sutomo Ujung, Medan untuk menggelar tradisi syukuran dies natalis dengan Shalawat Munjiyat. Prof Syahrin menyampaikan, makna dan esensi bersalawat untuk keselamatan Nabi Muhammad dan meneruskan doa-doa terbaik untuk kemajuan yang digelar dalam setiap ulang tahun kampus.
Salawat punya peran penting dalam perjuangan dan pekerjaan kelembagaan. Dalam suatu referensi, ia menjelaskan, bersalawat yakni bermohon diberikan keselamatan kepada junjungan umat Islam sekaligus memohon keselamatan atas tugas dan pekerjaan terkait kemajuan lembaga. Salawat juga memohon untuk dijauhkan dari dosa, sehingga bisa melanjutkan tugas, ditinggikan martabat di depan manusia lain agar kinerja semakin prima. Lalu ditambah dengan doa dan zikir.
Makna dies natalis ini, lanjutnya, juga agar mampu menyumbangkan harta agar lembaga atau kampus semakin maju. Harta dimaksud ialah ilmu, umur dan waktu untuk almamater tercinta. Lalu menyumbangkan pemikiran dan tenaga dalam bekerja. Dalam renungan terkait dies natalis tersebut, Prof Syahrin mengharapkan agar setiap warga kampus mampu meraih kesehatan, keselamatan dan kegembiraan hidup dalam konteks bertugas dengan semangat zikir, salawat dan doa. (Humas)