Medan, (UIN Sumut)
Dalam lintasan sejarah, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) boleh disebut sebagai negara moderasi beragama karena sebagai pelopor harmonisasi umat beragama. Hal itu juga termaktub sebagai kesan dan pesan dalam sila-sila Pancasila sebagai titik temu dan titik kumpul bangsa Indonesia.
Demikian ditegaskan Rektor Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN Sumut) Prof Dr Syahrin Harahap, MA pada pembukaan seminar nasional bertema ‘Nilai-nilai kerahmatan dalam membangun moderasi beragama’ yang digelar Rumah Moderasi Beragama UIN Sumut di Hotel Royal Suite Condotel Jalan Palang Merah Kota Medan, Selasa (23/11).
Hadir dalam seminar tersebut Wakil Gubernur Sumatera Utara (Wagubsu) Musa Rejekshah, pimpinan forkopimda dari Poldasu, Kodam I/BB diwakili Dandim 0201/Medan, Pogja Moderasi Beragama Kemenag, pimpinan organisasi keagamaan di antaranya Walubi, NU, Muhammadiyah, Al-Washliyah, pimpinan UIN Sumut, tokoh lintas semua agama termasuk Parmalim, Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme dan segenap sivitas kampus dan mahasiswa. Hadirnya para pimpinan daerah, sebut Prof Syahrin, merupakan bentuk perhatian pemerintah terhadap harmonisasi nasional, khususnya kerukunan umat beragama. “Harmonisasi umat beragama kita populerkan dengan istilah moderasi beragama, Kemenag berupaya ada pada 2022 mendatang, insya Allah akan menjadi tahun moderasi beragama dan dicanangkan Presiden RI,” ujarnya.
“Negara kita, boleh disebut sebagai negara moderasi beragama. Walau istilah ini jarang digunakan, namun sejarah menunjukkan negara ini sebagai negara moderasi beragama. Karena kesan dan pesan yang terkandung dalam nilai sila-sila dari Pancasila itu, sebenarnya sebagai titik temu kita sebagai bangsa,” tandasnya.
Dalam istilah teknis, sambungnya, hal itu dijelaskan sebagai kalimat yang sama diarahkan dari semua kitab suci semua agama menyerukan agar manusia menuju titik temu. Secara teknis dalam Alquran disebut marilah kita semua ke titik kumpul antara kami dan kami. “Bangsa Indonesia merumuskan kalimat dan titik temu itu berbulan-bulan, berminggu-minggu bahwa titik temu kita itu adalah lima sila dari Pancasila,” tukasnya.
“Maka dari penjelaskan itu, dapat saya simpulkan negeri ini adalah negeri moderasi beragama,” kata Prof Syahrin.
Sesuai dengan visi kampus, yakni pusat integrasi ilmu pengetahuan, pemberdayaan umat dan moderasi beragama yang tugasnya telah dikukuhkan dalam lembaga Rumah Moderasi Beragama. Rektor menyampaikan, pihaknya terus berjuang agar moderasi beragama menjadi sikap umum dari setipa civitas akademika UIN Sumut dan menjadi cita-cita penting.
Dengan semangat moderasi beragama tersebut, lanjutnya, dan menjadikannya sebagai sikap umum, maka akan menjadikan UIN Sumut terhindar dari radikalisme dan terorisme. Ia mengusulkan, sesuai perspektif sejarah dan peran Sumut dalam kerukunan serta sebagai inisiator dan pelopor moderasi, forum seminar ini kelak diformalkan sebagai kongres moderasi beragama yang digelar tiap tahun di Sumut.
Prof Syahrin juga menyampaikan harapan kepada pemerintah daerah, terkait cita-cita didirikannya monumen moderasi beragama di kawasan Bandara Kualanamu sebagai tanda, provinsi ini adalah pelopor dan penggerak moderasi beragama. Diharapkan pemancangan monumen moderasi agama dimaksud bisa diresmikan Presiden RI.
Ketua Rumah Moderasi Beragama UIN Sumut Dr Phil Zainul Fuad, MA dalam laporan menyampaikan, ini kegiatan kedua setelah peluncuran Rumah Moderasi Beragama UIN Sumut dan peluncuran buku moderasi beragama beberapa waktu lalu. Hingga seminar ini menghadirkan tokoh lintas agama dan mahasiswa ditujukan untuk membagi gagasan moderasi beragama dan cara untuk menyikapi hidup antarumat beragama khususnya di Sumut dan Medan.
Dijelaskan Dr Zainul, moderasi beragama bukan gagasan baru namun sudah ada dalam substansi setiap ajaran agama. Setelah diresmikan sebagai visi misi kampus, ia sebagai ketua rumah moderasi siap mendukung dalam penyebaran gagasan moderasi beragama dalam internal kampus dan khalayak publik.
Penggerak moderasi beragama
Gerakan moderasi ini, juga dinilai mendapat dukung dari presiden melalui kementerian terkait yang mengarah pada konsep moderasi akan menjadi aturan dan dituangkan dalam perpres tertentu. Seminar nasional ini juga dilanjutkan dengan training of trainer (ToT) bagi 40 mahasiswa yang dilatih menjadi dinamisator atau penggerak moderasi beragama di tengah masyarakat.
Wagubsu Musa Rajekshah sebagai pembicara kunci dalam seminar menyampaikan, dalam perjalanan sejarah, keberagaman umat beragama dalam perjuangan kemerdekaan hingga lepas dari penjajahan bukan menjadi hal pokok dan penting. Namun seiring berjalan zaman, keharmonisasian bangsa dalam lingkup keberagaman agama perlu kembali dikuatkan, terkhusus untuk generasi bangsa. Dengan fokus pada menjaga kesatuan dan persatuan serta keutuhan bangsa.
Moderasi beragama, jelasnya, bukan hanya persoalan melaksanan ajaran agama masing-masing, namun penting untuk menilik akar permasalahan termasuk ancaman dalam bernegara. Salah satunya potensi sumber daya alam (SDA) yang perlu dikelola dengan baik tentunya dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang baik pula. Boleh jadi, potensi dan kekayaan negeri ini menjadi incaran pihak lain. Terkait ancaman itu, wakil gubernur menekankan generasi muda harus terus dijaga dan tetap kompak.
Ia menyadari, konflik agama di negeri ini begitu sensitif dan jika terjadi maka akan berkepanjangan dan sangat merugikan banyak pihak. Untuk itu, gesekan dan konflik terkait isu agama agar dicegah dengan memberikan pemahaman agama yang baik dan moderat, khususnya bagi generasi muda umat beragama. Termasuk di dalamnya memahamkan dan menjalankan nilai-nilai Pancasila yang ditujukan untuk kemajuan dan keutuhan bangsa termasuk moderasi beragama.
Sebagai itu, menurut pandangan Musa Rajekshah, masih banyak beberapa hal yang perlu dikhawatirkan dalam kehidupan berbangsa. Seperti isu-isu narkoba dan LGBT di tengah kehidupan kaum muda bangsa. Menepis hal-hal negatif dari berbagai permasalahan tersebut, ia menjelaskan, pentingnya penguatan keimanan setiap umat beragama. Dengan iman, tidak hanya takut kepada manusia lain dan ketntuan, namun juga takut kepada Sang Pencipta sehingga toleransi juga terjaga dengan baik.
Usai pembukaan dari Wagubsu, acara yang diikuti seratusan peserta tersebut dilanjutkan dengan seminar sesi satu dengan narasumber Dirbinmas Poldasu Kombes Pol Sofyan Hidayat dan Ketua RMB Kemenag RI Dr Suwendi, MAg. Seminar sesi dua diisi narasumber Ketua MUI Sumut, Ketua Walubi Sumut, Parisada Hindu Darma Indonesia Sumut, Ketua PGI Sumut. Seminar dipandu Dr Hasan Sazali, MA. (Humas)