Medan, (UIN Sumut)
Bagi tenaga pendidik atau dosen dalam perguruan tinggi perlu memiliki kemampuan filosofis dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Kemampuan filosofis dalam pendidikan tinggi meliputi budaya akademik (academic culture), kepegawaian, etika akademik dan integrasi keilmuan atau integration of knowledge harus dikembangkan di dunia kampus dan wajib dimiliki dosen.
Demikian ditegaskan Rektor Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN Sumut) Prof Dr Syahrin Harahap, MA dalam arahan dan bimbingannya pada acara pembibitan calon dosen CPNS UIN Sumut Formasi Tahun 2019 yang digelar di Hotel Grand Inna Kota Medan, Kamis (2/12). “Tentang kemampuan filosofis, ada empat hal yang perlu diperhatikan, yakni academic culture, kepegawaian, etika akademik dan integrasi keilmuan. Ini pesan wajib yang harus dimiliki dosen baru ketika memasuki UIN Sumut,” ujarnya.
Poin-poin tersebut, jelas Prof Syahrin, merupakan bagian yang diharapkan bagi dosen kampus Islam negeri tersebut meliputi nilai-nilai filosofis, ilmiah dan teknis. Sehingga, 38 dosen tersebut diharapkan bisa memberikan kemajuan dan mewarnai perkembangan kampus.
Rektor menilai, nilai dari budaya akademik belum terbentuk dan tercecer di dalam kampus. Hal itu berujung juga pada penjelasan presiden terkait hasil penelitian 80 persen lulusan perguruan tinggi bekerja di luar prodinya, hal itu juga disebabkan faktor budaya akademik yang belum optimal. Ia juga menyinggung soal nuansa politis yang lebih besar dari pada nuansa keilmuan yang terdapat di kampus. Sehingga bahkan menimbulkan perbuatan-perbuatan yang malah mencemari kampus.
Dosen baru di kampus Islam tersebut, harap rektor, mampu membangun situasi baru dalam perkembangan pendidikan di berbagai aspek. Termasuk dalam menghadapi mahasiswa dan sesama dosen. “Kalian agar bisa mewarnai sekitar 700 dosen lainnya dan kuharapkan kalian jadi anak panah dari cita-cita pembentukan culture academic,” tukasnya.
Berikutnya terkait kepegawaian, ia mengarahkan agar dosen tepat waktu dalam menyelesaikan berbagai jenjang akademiknya misalnya untuk meraih doktor dan profesor. Diharapkan agar dosen taat terkait kepegawaian dan kampus telah menyiapkan berbagai fasilitas seperti Academic Writing Center sebagai lembaga yang mendampingi untuk menulis di jurnal-jurnal internasional dan akan dihargai kampus. Hal tersebut sebagai upaya mempermudah untuk mencapai tingkatan kepegawaian.
Etika akademik
Arahan Rektor UIN Sumut selanjutnya ialah etika akademik. Menurutnya, harus ada internalisasi etika akademik dalam pendidikan di UIN Sumut. Prof Syahrin mengharapkan dosen baru memperbaiki etika akademik. Karena saat ini, banyak mahasiswa yang cenderung salah asuh oleh dosennya dalam hal etika akademik, karena tidak dididik ketat dalam hal etika.
Nilai filosofis berikutnya dijelaskan rektor yakni wahdatul ulum atau integrasi keilmuan sebagai paradigma keilmuan baru yang disebut juga sebagai sikap umum universitas. Prof Syahrin menegaskan, wahdatul ulum bukanlah islamisasi ilmu dan sains, namun sebagai wahana integrasi keilmuan.
“Intinya, tidak ada dan kita tidak mengenal sekularisasi pendidikan dan sekularisasi keilmuan. Itu yang mau kita hilangkan, tidak ada ilmu umum dan ilmu agama, namun dengan pendekatan islamic science dan islamic studies. Karena sumber dari segala sumber ilmu adalah Allah SWT,” pungkasnya.
Prof Syahrin mengharapkan, para dosen baru yang membawa warna baru tersebut mampu betul-betul menjadi mesin dan turbin dari UIN Sumut untuk bergerak maju dengan membawa paradigma keilmuan wahdatul ulum. Juga sebagai bentuk nilai filosofis atas kebenaran paradigmatik, karena hal itu merupakan kesepatan para ilmuan di masa lampau yang diteruskan hingga masa depan. “Inilah empat kunci masuk ke UIN Sumut,” tandasnya.
Acara dilanjutkan dengan penyerahan secara simbolis buku wahdatul ulum UIN Sumut kepada para dosen baru. Para peserta lalu mengikuti berbagai materi pendidikan dan pelatihan dosen baru selama dua hari hingga Jumat (3/12). Terakhir, Prof Syahrin menyampaikan selamat datang kepada para dosen dan diarahkan agar selalu bersyukur menjadi tenaga pendidik di kampus Islam tersebut. Sebagai orang yang beruntung dan terpilih bisa mengajar dari ribuan bahkan jutaan orang lainnya. Diperkenankan oleh Allah dalam berkompetisi dan mendapatkan posisi dosen UIN Sumut di tengah minat yang begitu tinggi.(humas)