Medan, (UIN Sumut)
Rektor Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN Sumut) Medan Prof Dr Syahrin Harahap, MA menyampaikan Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) merupakan salah satu universitas tertua di Indonesia sekaligus sebagai kampus pelopor integrasi keilmuan (integration of knowledge).
Demikian disampaikannya dalam sambutan pada acara Wisuda Lulusan UISU Periode I Tahun Akademik 2021/2022 di Hotel Santika Dyandra Jalan Kapten Maulana Lubis Kota Medan baru-baru ini. “Selamat kepada para wisudawan, semoga gelar atau puncak pada jenjang pendidikan yang diperoleh ini dapat berguna bagi pembangunan bangsa dan negara,” ujar Prof Syahrin yang menjabat sebagai Koordinator Kopertais Wilayah IX Sumatera Utara tersebut.
“UISU sebagai salah satu universitas tertua tertua di Indonesia, UISU juga sebagai pelopor integrasi keilmuan. Betapa sulitnya para pandiri UISU untuk memasukaan variabel universtias islam di dalamnya. Saya membaca sejarah, kampus ini diharapkan menjadi puncak dari penerapan integrasi keilmuan yang ada di Indonesia dan di Sumut,” urainya.
Sejalan dengan uraian tersebut, sambungnya, ia mengapresiasi Rektor UISU yang fokus dan concern terhadap pengembangan integrated of knowledge untuk meneruskan dan sesuai dengan semangat para pendiri UISU. Prof Syahrin juga menjelaskan dengan dua pendapat penting terkait pengembangan pendidikan di dunia yang bisa diterapkan di kampus dalam menjalankan pendidikan sejauh ini.
Yakni, pertama, pendapat ilmuan asal Mesir yang menyimpulkan pendidikan bagaikan air. Bila tidak ada pendidikan, maka manusia dan alam sekitarnya akan menjadi gersang dan menuju kematian. Terkait itu, Prof Syahrin mengharapkan, agar pimpinan yayasan, dosen dan seluruh sivitas kampus agar bekerja bagaikan air. “Semoga jihad kita dalam pendidikan ini diridai oleh Allah SWT,” tukasnya.
Ia juga mengapresiasi pimpinan pemerintah daerah yang peduli terhadap pengembangan pendidikan. Maka jika tidak, pemerintah setempat yang tidak peduli pendidikan, maka daerahnya akan menjadi gersang, tandus dan menuju kebobrokan. Untuk itu, ia berterima kasih kepada pemerintah yang peduli pendidikan.
Pendapat lain, ialah ilmuan asal Turki yang menjelaskan, pendidikan agama dan umum layaknya dua sayap pada burung. Bila satu pendidikan tidak diperhatikan secara maksimal, maka bagaikan sayap yang patah, sehingga tidak bisa terbang mencapai tujuan. Terkait itu, ia mendorong agar pengembangan fakultas agama di UISU menjadi prioritas, khususnya dalam integrasi keilmuan.
Di usia UISU yang berdiri puluhan tahun tersebut, kata Prof Syahrin, disinyalir sulit dalam berinovasi. Terkait itu, ia mengimbau, agar dalam mengembangkan pendidikan agar memperhatikan beberapa hal yang begitu mempengaruhi pendidikan. Di antaranya terkait sistem pendidikan yang harus dikembangkan di masa depan, peran guru, keandalan menghadapi perubahan mengingat perkembangan zaman dan era digital saat ini dan pengembangan talenta generasi muda.
“Kita harus berpikir, bagaimana mengantisipasi perubahan yang sangat cepat, yang sulit diperkirakan (unpredictable),” tandasnya.
Prof Syahrin menuturkan, sesuai dengan anjuran syariat dan sesuai dalam sejarah peradaban Islam, bahwa tidak semua masyarakat harus ikut berperang. Namun sebagian oleh masyarakat tersebut harus pergi menekuni dan memperdalam ilmu pengetahuan untuk membangun peradaban. “Yakinlah, bahwa anak-anak yang diwisuda ini akan membahagiakan orangtuanya melalui karya-karya yang akan dibangun setelah wisuda,” tukasnya.
Wisuda UISU tersebut juga menghadirkan sejumlah tokoh pendidikan Sumut untuk memberikan sambutan. Di antaranya Rektor Unimed, Gubernur Sumut, Rektor Unpab dan lainnya. (Humas)