MEDAN (UIN SU)
Pembelajaran berbasis daring – walau telah dilakukan lebih dari tiga minggu dikarenakan pandemi Covid-19 ini – tetap menyisakan sejumlah masalah bahkan di tingkat Perguruan Tinggi dimana kebijakan blended learning telah dilaksanakan jauh lebih awal. Untuk mengetahui masalah yang dihadapi para dosen sekaligus memberi bantuan bagi mereka dalam merancang dan mengimplementasikan pembelajaran aktif berbasis daring, Tanoto Foundation melakukan kegiatan Pengembangan Professionalisme Dosen (Professional Development Meeting) berbasis daring bagi 80 orang dosen LPTK mitra yakni Universitas Islam Negeri Sumatera Utara dan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, dipandu 18 orang fasilitator dosen, pada tanggal 16-17 April 2020. Kegiatan ini dinilai sangat strategis karena kenyataannya tingkat kompetensi dosen merancang dan mengimplementasikan pembelajaran aktif berbasis daring belum pernah secara khusus dikaji apalagi dikembangkan.
Di sela-sela paparan dan diskusi para dosen -dikelompokkan ke dalam 6 kelompok Mapel (Bahasa Inggeris, bahas Indoensia, IPA, IPS, Matematika, dan Kelas Awal), Ibu Dr Dewi Kesuma Nasution selaku Liaison Officer (LO) UMSU menyatakan bahwa hambatan yang dialami baik oleh dosen maupun mahasiswa dalam mengimplementasikan pembelajaran berbasis daring jangan sampai menyurutkan semangat untuk terus mencoba dan melakukan yang terbaik, Selain itu, Dr. Mardianto, M.Pd. selaku Liaison Officer (LO) UINSU menyatakan bahwa pertemuan seperti ini dapat menumbuhkan semangat dan kepercayaan bahwa tuntutan regulasi dapat kita atasi bersama, kreatifitas dan kompetensi dosen terus ditingkatkan, serta silaturrahim terus terjaga walau dalam kondisi PSBB.
Fibri Rakmawati – fasilitator kelompok Matematika – menyatakan bahwa kegiatan ini sangat baik karena memberi kesempatan bagi dosen untuk saling saling berbagi pengalaman tentang pembelajaran daring yang dilaksanakan, dan sama-sama belajar untuk perbaikan kedepannya. Walau demikian, kegiatan tersebut menurut Ibu Riris Nurkholida Rambe – fasilitator kelompok Bahasa Indonesia – belum maksimal karena tidak semua peserta membawa perangkat pembelajaran untuk dikaji bersama. Selain itu, Bapak Eko Febri Syahputra Siregar – fasilitator kelompok IPS – juga menegaskan pentingnya kegiatan ini dengan alasan selama ini para fasdos maupun peserta hanya menyusun kerangka pembelajaran untuk pertemuan offline (tatap muka). Pada pertemuan tersebut mereka mendapatkan banyak masukan terkait mekanisme pembelajaran dan aplikasi yang digunakan selama perkuliahan daring untuk mahasiswa. Ke depan beliau optimis selepas wabah ini mereda para dosen sudah semakin kompeten mengaplikasikan blended learning.
Sejumlah inspirasi muncul dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Salah seorang peserta, Ibu Lisa Dwi Afri dari UINSU – merasa terdorong untuk membuat video pembelajaran sendiri dimana beliau akan menulis di kertas/papan sambil menjelaskan. Selain itu Pak Suvriadi – dosen UMSU– menegaskan bahwa dalam pembelajaran berbasis daring pun, pengulangan atas materi sebelumnya sebelum memasuki topik baru tetap penting.
Di akhir kegiatan – dengan mengutip pernyataan Prof Muchlas – Konsultan Program PINTAR Tanoto Fundation – Prof. Sri Minda Murni mengingatkan kembali bahwa beras menjadi putih karena pergesekan sesama beras. Dengan makna ini Kordinator LPTK Tanoto Foundation Sumatera Utara ini mengapresiasi keseriusan para fasilitator dosen dalam mengelola diskusi dalam kelompok masing-masing sekaligus juga mengapresiasi antusiasme para peserta dalam menerima masukan sekaligus merevisi rancangan perangkat pembelajaran aktif yang akan mereka gunakan di mata kuliah masing-masing. Harapannya, melalui ‘pergesekan’ antar sesama dosen dalam pertemuan ini, para dosen dapat mengembangkan kapasitas mereka dalam merancang dan mengimplementasikan pembelajaran berbasis daring di LPTK masing-masing.