Medan (UIN Sumut)
Program Studi (Prodi) Sosiologi Agama Fakultas Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (FIS UIN Sumut) menggelar lokakarya bertema ‘Anak muda melawan ekstremisme’ pada 19 hingga 21 Maret 2021. Lokakarya membahas peran anak muda saat ini dalam melawan isu-isu eskremisme dengan nilai-nilai luhur kebangsaan dan semangat kebersamaan.
Demikian disampaikan Kepala Humas UIN Sumut Yunni Salma, MM di Medan, Minggu (21/3) terkait program tersebut yang diselenggarakan di Hotel Patra Jasa Parapat, Kabupaten Simalungun. Diketahui, forum lokarya tersebut digelar oleh Prodi Sosiologi Agama UIN Sumut bekerja sama dengan Komite Nasional Lutherian World Federation (KNLWF). Bertindak sebagai pembicara kunci pada program tersebut yakni Rektor UIN Sumut Prof Dr Syahrin Harahap, MA.
Dalam sambutan dan arahannya, Prof Syahrin menyampaikan, program ini sejalan dengan konsep-konsep yang ia usung dan jalankan di kampus Islam negeri tersebut saat ini. Yakni penyelarasan dan penerapan nilai-nilai universalitas dengan gagasan moderasi beragama dan konsep wahdatul ‘ulum. Bersama dengan lembaga dan prodi terkait, ia bertekat menjadikan UIN Sumut menjadi penyokong dan sekaligus pusat kemajuan Indonesia dan perkembangan peradaban. “Melalui gagasan-gagasan tersebut, kita akan menjelma menjadi milenial moderat. Kita akan memoderasikan Indonesia dan nusantara,” ujarnya.
Dalam merawat kebersamaan dan semangat kebangsaan, Prof Syahrin menjelaskan, bahwa kehidupan merupakan nikmat paling besar yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada manusia. Dalam berbagai literasi yang ia sampaikan, dapat disimpulkan yang paling berharga dalam kehidupan adalah hidup itu sendiri. “Yang paling berharga dalam kehidupan ini adalah hidup itu sendiri. Tidak ada yang lebih berharga dari kehidupan itu sendiri, melebihi bahwa kita diberikan Tuhan kesempatan untuk hidup, sebab kalau tidak hidup, semuanya tamat,” tandasnya.
Dari filosofi kehidupan sebagai nikmat terbaik, Prof Syahrin menghubungkan hal tersebut dengan konsep berbangsa. Yakni hal yang paling berharga untuk menjaga persaudaraan dan persatuan adalah kehidupan berbangsa itu sendiri. “Sebagai bangsa, bangsa Indonesia, yang paling berharga sebenarnya adalah di dalam kehidupan berbangsa adalah kita yang hidup di tengah bangsa itu sendiri,” pungkasnya.
Lokakarya tersebut diikuti sekitar 30 mahasiswa program studi sosialogi. Terdiri dari delapan orang mahasiswa muslim dan sisanya mahasiswa dengan agama lainnya. Turut hadir dan memberikan sambutan Sekretaris Eksekutif KNLWF Indonesia Basa boru Hutabarat, Dekan FIS UIN Sumut Dr Mariambang Daulay, MA dan Koordinator HAM dan Advokasi KNLWF Indonesia Fernando Sihotang, MA. (humas)